RSS

Anger Management

Akhir-akhir ini lagi seneng baca buku tentang hal yang berbau psikologi. Karena memang merasa butuh. Kadang ada hal-hal yang membuat kita rungsing dan ternyata sumbernya dari perasaan.

Salah satu buku yang habis aku baca adalah buku Anger Management. Buku ini bukan hanya membahas tentang memanage rasa marah. Tapi juga membahas tentang hal-hal yang terkait di dalamnya. Serta cara memperbaikinya.



Di sana dikatakan bahwa manusia akan mengalami 8 rollercoaster kehidupan. Kehamilan, pengasuhan, pendidikan, pertemanan, pernikahan, pekerjaan, pensiunan, dan kematian. Delapan fase ini memang tidak selalu dilewati oleh setiap manusia karena fase yang pasti adalah kematian. 

Dalam menghadapi setiap fase, tentu akan ada jalanan yang tajam dan berliku sebagai suatu ujian. Dalam setiap fase itu, pasti akan ada emosi-emosi yang berkecamuk. Salah satunya adalah marah. Sebuah emosi yang tidak tersalurkan akan menjadi ransel emosi dalam jiwa kita.

Yang tidak disadari oleh kebanyakan orang adalah bahwa kita meyakini paradigma yang keliru tentang emosi. Seperti tabu laiki-laki menangis, mengalihkan vs mengalirkan, melupakan dan time will heal, toxic positivity, diam atau lawan, aib meminta bantuan tentang perawatan kesehatan mental, dan marah itu tabu. Apakah ini juga yang selama ini kalian pahami?

Di Buku ini, akan dibahas bagaimana cara menyelesaikan emosi dengan bahasa yang mudah dimengerti. Dan di buku ini juga membantu merelease emosi dengan menuliskan emosi yang kita rasakan pada halaman-halaman yang tertera. Buku interaktif lebih tepatnya.

Untuk kalian yang penasaran apa emosi itu dan cara mengatasinya, bisa dibeli pada penulisnya atau reseller yang bekerjasama. Karena setahuku, buku ini tidak dijual di toko buku.

Serial Bumi

Apa ada yang tahu novel serial Bumi?
Novel ini berkisah tetang tiga sahabat yang mempunyai kemampuan yang tidak biasa. Raib, Seli, dan Ali. Mereka adalah tiga remaja yang dipertemukan pada satu kelas di sebuah SMA. Perawakannya seperti remaja pada umumnya, tapi siapa sangka ada kemampuan tersembunyi yang disimpan Raib selama ini.

Seperti namanya, Raib mempunyai kekuatan bisa menghilang dengan hanya menelangkupkan tangan ke wajah. Karena hal inilah Raib, Seli, dan Ali memulai perjalanan mereka. tak tanggung-tanggung, perjalanan yang mereka tempuh adalah perjalanan antar klan.

Aku membaca serial Bumi ini beberapa tahun yang lalu. Dan sejujurnya, aku mengira hanya akan ada tiga serial. Bumi, Bulan, dan Bintang. tapi ternyataaaa...



Kisah ini akan berlanjut sampai Aldebaran dan masih ada spiin off lainnya. Bisa dilihat di instagramnya Bang Tere :D

Hai, Kau...

Saat dulu kita sering berjumpa, percakapan ratusan menit sudah menjadi hal biasa. Hingar bingar tawa, lantang menggema menghiasi kisah kita yang entah dimulai dari mana.

Darimu aku sedikit banyak belajar, arti dari menerima. Kita bukanlah manusia tanpa celah. Selalu ada yang menjadi topik perdebatan kita. Aku dengan prinsipku, kamu dengan pola pikirmu. Tak jarang kita berada di kutub berbeda.

Hai, Kau...
Tuhan memang tak suka kita berandai-andai. Tapi jika boleh kupinta satu hal padaNya, aku ingin memelukmu kadangkala. Dimana kata-kata dan keberadaan adalah senjataku saat kita masih bersama. Jarak merubah segalanya. Aku yang hanya bisa memanggilmu sebatas tarian jemari, tak bisa lagi mendengar dengan leluasa isi hati.

Hai, Kau...
Aku menyadari, hidup itu dinamis. Kalau kamu ingin menangis, silahkan ambil jatah isak tangis. Karena aku tau, salah satu hal melegakan yang bisa dilakukan sendirian adalah menangis.

Rumah Dengar

Aku ingin membangun sebuah rumah untukmu. Tak terlalu besar, tapi kuharap kamu nyaman singgah di dalamnya. Tak terlalu mewah, tapi kuharap rumah ini yang pertama kamu ingat ketika kamu merasa lelah.

Aku ingin menyediakanmu sebuah tempat, dimana kamu bebas bercerita apa saja. Apa saja. Termasuk khayalan tak masuk akalmu atau beban yang kamu pikir tak ada orang yang tau rasanya jadi sepertimu.

Kamu tak perlu takut bercerita ini itu karena aku hanya akan menjawab jika kamu tanya saja. Kamu tak perlu takut aku akan berpikir macam-macam, karena aku sudah mengosongkan segala prasangka dari otakku.

Jika kebanyakan orang ingin menceritakan dirinya, aku siap jadi pendengarnya. Berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan, selama kamu mau.

Aku tau, tiada lebih berharga ketika sebuah cerita benar-benar didengar, bukan dinilai dan dikomentari. Aku tau, perasaan lega ketika semua kosakata yang menghimpit dada perlahan-lahan dikeluarkan. Aku tau, perasaan kecewa ketika sebuah cerita terabaikan karena segenggam ponsel.

Cinta Sebatas Mata

Kamu tahu rasanya? Jatuh cinta sebatas mata? Jatuh cinta sebatas pandangan tanpa bisa berkata, aku cinta. Aku tak pernah sesuka ini. Setiap bertemu, lidah terasa keluh dan hanya bisa memandang wajahmu dari jauh. Yang bisa kulakukan setiap hari adalah dirundung pilu memikirkan bagaimana caranya mengatakan padamu.

Sampai pada akhirnya aku tiba di hari ini. Hari yang tak pernah aku bayangkan seumur hidupku, hari pernikahanmu. Hari yang membuatku berpikir seribu kali untuk memenuhi undanganmu. Entah sudah berapa lama aku membodohi diriku sendiri untuk semua yang terjadi. "Kalau memang suka, ya bilang aja. Tapi nggak kan? Aku nggak bisa berharap kalo kayak gini. Iya kalo dia memang suka, kalo nggak? Terlanjur nunggu ee... dia sama orang lain. Sedihnya dua kali lipat. Sudah harapan pupus, orang yang berniat baik juga disia-siakan." Begitu jawabanmu dari salah seorang temanmu kala bertanya tentangku.

Terserah. Jika itu pikiranmu tentangku setelah kutahu cerita itu dari temanmu. Aku suka dan itu sungguh-sungguh. Kalau saja kamu tahu, mencintai tak sesederhana itu bagiku yang seorang laki-laki ini. Bagaimana caraku membahagiakanmu jika kita hidup bersama kelak? Sedangkan aku hanya mampu mencukupi kehidupan diriku sendiri.

Detik ini aku berhadapan denganmu, memaksakan diri untuk tersenyum seraya menjabat tanganmu, "Semoga menua dengan orang yang tepat." Dan itu kalimat terakhirku untukmu.