Jika rindu bisa bersemu
Ia mungkin akan memerah
Membuatmu tersipu
Malu
Jika rindu bisa berkata
Ia mungkin akan menjadi pencerita
Mengagungkan kisah-kisah
Yang menorehkan kisah kita
Jika rindu bisa mengalun
Ia mungkin akan menjadi sebuah lagu
Sendu
Yang bisa memanjakan telingamu
Jika rindu bisa ditanya
Siapa dia sebenernya
Ia mungkin akan menjawab
Rindu adalah
Aku sejarak kamu
Yang belum genap bertemu
Kepadamu Yang Akan Menjadi Teman Hidupku
Diposting oleh
ermayaaa
on Rabu, 31 Agustus 2016
/
Comments: (2)
Menuliskanmu mungkin tak akan ada habisnya
Apalagi jika kita nanti bersama
membangun bahtera
Dunia kita akan berlimpah cerita
Kamu adalah kumpulan do'a yang setiap hari kupanjatkan
Kini dihadirkan dalam bentuk nyata
Kamu adalah penggalan-penggalan impianku yang sempat kulupakan
Dan kini dihadiahkan oleh Sang Pencipta
Kita adalah orang baru
Orang yang saling tak tahu
Tapi ditakdirkan bertemu
Kamu dengan penilaianmu
Aku dengan keyakinan dari Tuhanku
Kita melangkah dalam satu tujuan baru
Dunia kita berbeda
Kamu membawaku pada dunia yang tak aku tahu sebelumnya
Ketika yang kutahu hanya langit kelabu
Kamu menunujukkan langit sewarna senja
Terima kasih tak terhingga
Berani menghadap orang tuaku
Terima kasih tak terkira
Memberi kesan yang baik pada pertemuan pertama kita
Terima kasih setulus hati
Perlahan-lahan mewujudkan impian
yang tak pernah kuceritakan pada siapapun sebelumnya
Apalagi jika kita nanti bersama
membangun bahtera
Dunia kita akan berlimpah cerita
Kamu adalah kumpulan do'a yang setiap hari kupanjatkan
Kini dihadirkan dalam bentuk nyata
Kamu adalah penggalan-penggalan impianku yang sempat kulupakan
Dan kini dihadiahkan oleh Sang Pencipta
Kita adalah orang baru
Orang yang saling tak tahu
Tapi ditakdirkan bertemu
Kamu dengan penilaianmu
Aku dengan keyakinan dari Tuhanku
Kita melangkah dalam satu tujuan baru
Dunia kita berbeda
Kamu membawaku pada dunia yang tak aku tahu sebelumnya
Ketika yang kutahu hanya langit kelabu
Kamu menunujukkan langit sewarna senja
Terima kasih tak terhingga
Berani menghadap orang tuaku
Terima kasih tak terkira
Memberi kesan yang baik pada pertemuan pertama kita
Terima kasih setulus hati
Perlahan-lahan mewujudkan impian
yang tak pernah kuceritakan pada siapapun sebelumnya
Sajak - Sajak Patah
Diposting oleh
ermayaaa
on Rabu, 11 Mei 2016
/
Comments: (0)
Aku seperti sajak-sajak patah
Tak berurutan pada deretan suku kata
Bisa dieja
Tapi tak membentuk kalimat utama
Aku seperti sajak-sajak patah
Yang ingin berucap
Tapi tak mampu merangkum makna
Hanya padamu, tepian kata tak bisa kugenggam
Aku hanyut tenggelam dalam gelombang yang kamu buat
Ada rasa pada kata-kata
Ia terbata
Lalu bungkam
Begitulah aku
Seperti sajak patah
Ketika menatap matamu
Tak berurutan pada deretan suku kata
Bisa dieja
Tapi tak membentuk kalimat utama
Aku seperti sajak-sajak patah
Yang ingin berucap
Tapi tak mampu merangkum makna
Hanya padamu, tepian kata tak bisa kugenggam
Aku hanyut tenggelam dalam gelombang yang kamu buat
Ada rasa pada kata-kata
Ia terbata
Lalu bungkam
Begitulah aku
Seperti sajak patah
Ketika menatap matamu
Racun itu Bernama Rindu
Diposting oleh
ermayaaa
on Minggu, 24 April 2016
/
Comments: (0)
Senja di Bali.
Akhirnya aku menapakkan kakiku di sini lagi setelah setahun lalu. Tanah Lot
adalah tempat terbaik versiku untuk menikmati sunset. Seleraku memang selera kebanyakan orang, tapi tak tahu
kenapa aku ingin pergi ke sini lagi. Hahaha... aku menertawai diriku sendiri. Menikmati sunset
adalah tameng yang kuciptakan untuk pergi ke sini. Buat apa jauh-jauh ke Bali
hanya untuk menikmati sunset? Sunset bisa dinikmati dimanapun jika aku
memang menyukainya. Karena sebenarnya aku datang ke sini untuk melepas rindu.
Rindu yang tak mungkin aku katakan apalagi aku teriakkan.
Rindu ini
sangat menyiksa. Rindu yang menyesakkan. Ragaku yang sehat, seolah-olah terkena
asma karenanya. Rindu bisa menimbulkan efek luar biasa. Seperti saat ini, aku
berusaha keras membendung air mata yang sejak tadi sudah ingin lepas dari
pertahanannya. Rindu seseorang yang patah hati bagai menenggak racun yang siap
menggiring mati. Dikatakan tak mungkin, disimpan sendiri menyiksa.
Entah berapa
lama aku duduk di sini. Aku memandang kosong lautan yang menyuguhkan
pemandangan megah, matahari yang kembali ke peraduannya. Sedangkan yang tergambar
olehku adalah bayangan kita setahun lalu. Kita berdiri bersisian, memandang
sunset kala itu.
Aku tertunduk
dalam, menutup mata masih berusaha membendung air mataku. Setelah merasa
tenang, aku kembali membuka mata. Aku menangkap bayangan seseorang yang berdiri
di sampingku. Sepertinya aku mengenal sosok itu, tapi tidak mungkin.
"Wita..."
Belum selesai aku bergulat dengan hatiku, aku menoleh ke sumber suara itu. Dan
ternyata benar, itu kamu.
Alam
sepertinya bersekongkol untuk membuat hatiku sesak berkali-kali lipat.
Bagaimana mungkin di hari yang sama dengan tempat yang begini luas, kamu
berdiri di sini bertemu denganku.
Mata kita
beradu beberapa detik. Tak ada kata yang keluar. Kamu duduk di sebelahku diam.
Wajahku pucat pasih. Aku memang rindu tapi tak berharap untuk bertemu. Situasi
seperti ini adalah situasi yang sulit untukku.
"Apa
kabar?" Tanyamu memecah keheningan.
"Seperti
yang kamu lihat." Aku tak mungkin mengatakan aku baik-baik saja setelah
melihatmu dalam keadaan seperti ini.
Ada jeda
diantara kita. Hening yang begitu lama karena aku tak bertanya balik kepadamu.
Hanya deru ombak yang terdengar mewakili perasaan kita masing-masing, mungkin.
"Terima
kasih ya, Wit." Kamu memecah keheningan kembali.
"Untuk?"
Aku memandang heran ke arahmu.
"Karena
masih mau menyimpan rahasiaku walau kita sudah tidak lagi bersama. Terima kasih
karena tidak menceritakannya kepada orang-orang. Hal itu sempat menghantuiku.
Aku bersiap-siap menerima resiko jika hal itu sampai terjadi. Tapi hingga detik
ini, semua baik-baik saja. Jadi, terima kasih untuk kebaikanmu."
Aku tertegun
mendengar pernyataanmu.
"Kamu
tidak perlu khawatir tentang itu. Seharusnya kamu sudah tau bahwa aku orang
yang bisa menjaga rahasia." Semakin lama nada bicara semakin tak
terdengar. Sial, kenapa aku seolah memaksa dia untuk memahamiku. Sudah bukan
waktunya.
"Rahasiamu
sepenuhnya hakmu. Aku tak punya andil untuk berbagi pada siapapun. Kamu tak
perlu khawatir tentang itu." Aku memperbaiki sikap dan nada bicaraku.
Kamu
menyunggingkan senyum. Senyum yang dulu selalu menentramkan hati, tapi lain hal
sekarang. Raut mukamu memancarkan kelegaan.
"Aku
harus pergi. Besok aku akan kembali dengan penerbangan pertama." Aku
bergegas memungut sandal yang tergeletak disampingku berlalu tanpa minta
persetujuanmu.
"Sampai
ketemu lagi Wit." Katamu lirih yang masih bisa terdengar olehku.
Aku tak
menyahuti.
Sebaiknya kita
tak bertemu untuk waktu yang lama. Aku sudah cukup paham kenapa kita
dipertemukan sekarang. Awalnya aku bahagia karena aku tahu kita sama-sama saling memikirkan. Tapi kenyataannya adalah kamu memikirkanku hanya karena kamu takut rahasia yang
kuketahui seluk beluknya dengan gampangnya kuceritakan kepada orang banyak.
Sedangkan aku memikirkanmu karena perasaan ini masih ada. Kita memang dari dulu tak pernah sejalan.
Aku sudah tak
kuasa menahan bendungan air mata. Aku tak perlu takut orang sekitar melihatku
karena malam telah tiba. Tak ada yang bisa melihat wajahku dalam gelap.
Janjimu dan Gulungan Pita Kaset
Diposting oleh
ermayaaa
on Rabu, 06 April 2016
/
Comments: (3)
Kebanyakan orang mungkin akan menganggapku kurang kerjaan karena masih mau menunggu. Menunggu kesungguhan kata-katamu yang pernah kamu ucapkan kala itu. Aku sendiri tak tahu apakah kata-katamu hanya bualan semata atau pesan tersirat yang tertangkap indera pendengaranku.
Kebanyakan orang mungkin akan menganggapku tidak waras karena memercayaimu. Memercayai kata-kata yang pernah keluar dari mulutmu. Aku tak tahu apakah itu caramu untuk memeriahkan suasana atau sebuah keinginan yang terucap sungguh-sungguh.
Kebanyakan orang mungkin akan menertawakanku karena berharap padamu. Berharap pada janji-janji yang kamu buat. Aku tak tahu apakah janji-janji itu semata hanya untuk menyenangkan hatiku atau memang caramu untuk mewujudkan mimpiku.
Dari waktu ke waktu, kata-katamu seperti gulungan pita kaset yang dimainkan pada sebuah tape. Ia mengalun syahdu, memanjakan telingaku, menenangkan perasaanku. Tapi sebuah kaset tape sudah usang dimakan jaman. Ia tertinggal jauh dengan mp3 dan teknologi canggih lainnya. Hampir tak ada tape recoder terpasang di setiap rumah pada jaman sekarang. Seperti itukah semua ucapan yang kamu lontarkan dulu?
Aku mulai ragu.
Rahasia Kecil Dibalik Perjalanan
Diposting oleh
ermayaaa
/
Comments: (0)
Aku seorang petualang. Mengembara ke berbagai tempat, tanpa tujuan. Kukunjungi banyak daerah. Mulai dari bentangan samudra dengan debur ombaknya, gedung-gedung bertingkat yang menjulang tinggi, hingga kios para pedagang dengan sejuta cindera matanya.
Aku seorang petualang. Menapaki setiap jengkal jalan tanpa pemandu ataupun petunjuk. Aku sering tersesat, menghampiri tempat-tempat yang bahkan tak pernah terbesit dalam bayangan. Takjub dengan pengelihatan sendiri.
Aku seorang petualang. Kutemui banyak wajah. Mulai dari pesona seorang kepala suku sampai bulir lelah pencari nafkah. Selalu ada yang bisa kunikmati dari berbagai ekspresi. Aku selalu merekamnya dalam memori.
Aku seorang petualang. Banyak hal yang bisa kuceritakan. Tentang perjalananku, tentang asal mula petualanganku, tentang kisahku dengannya yang berakhir dengan tanda tanya.
Aku seorang petualang. Yang bisa saja tinggal, bukan sekedar singgah. Tapi dia tak pernah menyuruhku berhenti. Aku tahu diri.
Jarak
Diposting oleh
ermayaaa
/
Comments: (0)
Setiap kalimat punya spasi
Begitupun setiap hati
Punya ruang tersendiri
Setiap nada punya melodi
Begitupun cinta
Selalu punya bahasa
Aku akan menunggu
Pada sebuah jeda
Ketika hati dan pikiran
Tertaut pada dirinya sendiri
Ketika sebuah pertanyaan
Membutuhkan jawaban
Aku akan mengambil jarak
Untuk bisa melihat dengan leluasa
Begitupun setiap hati
Punya ruang tersendiri
Setiap nada punya melodi
Begitupun cinta
Selalu punya bahasa
Aku akan menunggu
Pada sebuah jeda
Ketika hati dan pikiran
Tertaut pada dirinya sendiri
Ketika sebuah pertanyaan
Membutuhkan jawaban
Aku akan mengambil jarak
Untuk bisa melihat dengan leluasa
Lelaki Tak Banyak Kata
Diposting oleh
ermayaaa
on Sabtu, 02 April 2016
/
Comments: (0)
Lelaki tak banyak kata dengan cinta sejuta makna
Meninggalkan segores rasa
dalam, tak terhapus
Dia mencecar rasanya
sendiri
mematri jauh dalam hati
Hingga juwita utuh, jatuh hati
Lelaki tak banyak kata mengoyak isi hati
Menyebar tanda tanya hingga ceceran ilusi
Rasa yang tak terganti seolah sirna ditelan bumi
Lelaki tak banyak kata pergi tanpa permisi, alih-alih undur diri
Hanya selarik pesan, aku akan kembali
Lelaki tak banyak kata menebar teka-teki
Membuat padanan kata yang sulit dimengerti
Hingga juwita menanti dan bertanya dalam hati
Arti cinta itu sendiri
Di Balik Bayangan
Diposting oleh
ermayaaa
on Minggu, 06 Maret 2016
/
Comments: (0)
Berkisah seorang pendongeng tentang berpuluh-puluh cerita kepada wajah-wajah yang dijumpainya. Menguras emosi, menggelak rentetan tawa, menderu rintihan tangis. Tak ada yang meragukan ceritanya, pada setiap kalimat yang ia lontarkan begitu saja dari mulutnya. Tapi nyatanya ceritanya sendiri tak pernah sampai. Tersimpan rapat di hati dan terkunci mulut sendiri.
Terlantun alunan lagu dari penyanyi ternama. Mereka menyebutnya diva, raja, entah apa yang julukan yang disandang mendekati maha. Terenyuh hati dengan nyanyiannya, syair-sayir yang melekat pada pendengarnya. Tak ada yang meragukan kualitas suaranya. Namun lagu kesukaannya tak ada yang mempersembahkan. Dia melantunkannya sendiri tanpa intonasi.
Melejit prestasi seorang jenius. Memenangkan segala macam perlombaan. Menyabet segala macam penghargaan. Mempunyai predikat tercerdas dan ter- ter- lainnya. Sanggup memukau siapa saja yang berada dalam lingkungannya. Tak ada yang meragukan kehebatannya. Namun tak ada yang tahu apa keinginan terbesarnya. Ia simpan rapi hingga tak terdeteksi.
Malam ini aku meracau, menuliskan kisahmu yang kelihatannya sedikit kacau atas semua kesempurnaanmu. Kisah yang seolah tanpa celah tapi mempunyai kubangan lubang mengangah. Kisah yang tak pernah tersampaikan namun tertangkap jelas oleh mata. Sebuah kisah yang tak akan pernah kamu baca.
Jeda Waktu
Diposting oleh
ermayaaa
on Minggu, 28 Februari 2016
/
Comments: (0)
Kamu menyuguhkan klimaks
tanpa kutahu prolognya
Kamu memberikan hadiah
tanpa kutahu maksudnya
Bagimu mungkin sempurna
bagiku apalah artinya
Kamu datang tiba-tiba tanpa kata,
Memaksa menerima keberadaanmu yang memang jelas nyata
Menyuruhku menghabiskan waktu bersama
Haruskah terburu-buru seperti dikejar waktu?
Apa tak ada jeda waktu bagiku untuk mengenalmu utuh?
Kamu tetap diam, membisu
tanpa kutahu prolognya
Kamu memberikan hadiah
tanpa kutahu maksudnya
Bagimu mungkin sempurna
bagiku apalah artinya
Kamu datang tiba-tiba tanpa kata,
Memaksa menerima keberadaanmu yang memang jelas nyata
Menyuruhku menghabiskan waktu bersama
Haruskah terburu-buru seperti dikejar waktu?
Apa tak ada jeda waktu bagiku untuk mengenalmu utuh?
Kamu tetap diam, membisu
Di Batas Senja
Diposting oleh
ermayaaa
on Sabtu, 16 Januari 2016
/
Comments: (6)
Di batas senja, kita tertumbuk mata
Tanpa kata
Tanpa kata
Apa yang kamu semogakan, seakan menjadi nyata. Begitu arti isyarat mata
Kayuhan do'a telah sampai pada singgasanaNya
Kamu terpaku
Aku tergugu
Kamu terpaku
Aku tergugu
Di batas senja, kita menyingkap cerita
Tentang kata-kata yang tertata dalam goresan pena
Tentang namamu yang selalu terjaga dalam do'a
Tentang kata-kata yang tertata dalam goresan pena
Tentang namamu yang selalu terjaga dalam do'a
Kapan dikata cinta, jika kita saling memalingkan rupa
Kamu tertunduk tanpa kata sapa
Aku memperhatikan melalui ekor mata
Kamu tertunduk tanpa kata sapa
Aku memperhatikan melalui ekor mata
Cinta melumpuhkan kata
Mengolah rasa seakan tiada
Kita berdua berprasangka
Terkurung tanda tanya
Mengolah rasa seakan tiada
Kita berdua berprasangka
Terkurung tanda tanya
Di batas senja, kita mengeja makna
Menghubungkan benang merah menjadi sebuah hikmah
Menghubungkan benang merah menjadi sebuah hikmah
Kamu menyuguhkan bahtera
Mengajakku berlayar bersama
Mengarungi cita-cita kita yang hampir serupa
Kamu nahkoda
Aku navigatornya
Mengajakku berlayar bersama
Mengarungi cita-cita kita yang hampir serupa
Kamu nahkoda
Aku navigatornya
Cerita yang Menguning
Diposting oleh
ermayaaa
on Sabtu, 09 Januari 2016
/
Comments: (0)
Tergeletak sebuah buku di atas meja baris belakang suatu pojok perpustakaan. Hari ini memang sepi, waktu yang tepat untuk menenangkan diri.
Kuambil buku yang tergeletak sembarangan itu. Buku bercover
hijau dengan lembar-lembar kertas yang sudah menguning. Sebuah buku yang bercerita tentang sebuah
kisah. Dua orang yang mempunyai rasa, memupuk asa dan pada akhirnya harus
terpisah. Aku membacanya dan menyungging senyum sesudahnya.
Aku ingat cerita tentang kita yang hampir sama tapi tak sepenuhnya. Sebuah cerita memang tak harus berakhir indah dan tak semuanya
sama. Kisah dalam buku ini abadi, dikemas dalam lembar-lembar kertas beberapa ratus halaman. Kertas
yang sudah kuning, teriring usia. Kertas yang sudah kuning dan mulai usang. Seperti
kisah kita sekarang. Usang, berlapis kenangan. Tapi kisah kita tak abadi. Tak ada yang perlu dikemas dari cerita kita. Bahkan endingnyapun tak pernah ada. Karena kisah kita diakhiri dengan tanda tanya.
Ada kisah tak sempurna. Kisah yang tak ada awal atau akhirnya. Kisah kita usang seperti lembaran buku yang menguning ini, tapi ceritanya tak abadi seperti di dalamnya.
Ada kisah tak sempurna. Kisah yang tak ada awal atau akhirnya. Kisah kita usang seperti lembaran buku yang menguning ini, tapi ceritanya tak abadi seperti di dalamnya.
Selamat Menapaki Kebahagiaan, Kawan.
Diposting oleh
ermayaaa
on Minggu, 03 Januari 2016
/
Comments: (0)
Hai, Sodara
Semoga selalu sehat dan berbahagia.
Hari ini adalah awal tahun, ketika aku menulis
coretan ini. Pikiranku sudah ke mana-mana. Dipenuhi mimpi-mimpi baru, dipenuhi
hal-hal yang segera ingin aku lakukan dalam hitungan 365 hari ke depan sampai
tiba-tiba terbesit pikiran tentang kalian.
Tahun ini, adalah tahun kalian. Jika kalian membaca
tulisan ini, bisa dipastikan kalian sudah mencapai puncak bahkan sudah purna
tugas dalam menempuh studi di hutan belantara yang penuh liku-liku.
Pikiranku kembali ke masa-masa pertama kali kita
bertemu. Bahasan yang sudah-sudah tapi tetap membuat tertawa. Aku bertemu
kalian dengan cara-cara yang tak lazim. Kompor gas, cuci baju, dan speechless
di lapangan waktu ospek. Kalian tentu tahu di bagian mana kalian berada.
Hahaha…
Pertemanan kita mengalir begitu saja. Kita adalah
kumpulan orang-orang unik yang dipertemukan dalam sebuah ‘pesantren’ dan hanya
satu orang yang lulus dari tempat itu. Yang tiga, angkat koper duluan. Haha…
Tak ada pertemanan yang sempurna. Marah, kecewa,
kesel pasti ada. Tapi dari sana kita belajar banyak hal. Bagaimana aku dan
kalian saling tahu karakter masing-masing.
Selamat ya…
Selamat untuk pencapaian kalian saat ini. Semoga ilmu yang kalian dapat membawa berkah. Sukses
untuk ke depannya.
Terima kasih.
Terima kasih karena sudah menjadi sahabat, saudara,
teman seperjuangan. Terima kasih karena mau berteman denganku. Orang yang
sangat banyak kekurangannya, orang yang (mungkin) sering bikin kesel. Orang
yang kadang nggak tau harus gimana saat kalian gelisah galau merana.
Terima kasih atas segala candaan, teguran, nasehat
yang kalian berikan. Kalian adalah orang-orang terpilih yang dilengkapi koneksi
khusus sehingga bisa nyambung bicara denganku hahaha :p
Terima kasih untuk setiap pelajaran yang kalian
berikan.
Maaf…
Maaf untuk segala hal yang tidak menyenangkan selama
kita berteman. Maaf, mungkin terkesan melow, tapi hati memang lagi melow *eaaa
Saat ini, ketika aku menulis coretan ini. Aku mulai
menikmati sisa kebersamaan kita. Aku sudah tahu gimana rasanya berpisah dengan
sahabat dan aku nggak mau menyesal untuk kesekian kalinya. Semoga kalian selalu
bahagia. Keep in touch ya. Kalo ada apa-apa kabari. Yang di sini masih bisa
menampung cerita kalian. Haha..
Selamat berbahagia, selamat menapaki kebahagiaan. Semoga
kita bisa bertemu dan berkumpul lagi di lain kesempatan. Dan semoga kita tidak akan pernah menjadi asing suatu hari nanti.
Salam sayang
dari yang tersayang
haha.. :p