RSS

Sajak Puteri dan Pangeran

Aku akan jatuh cinta, tentu saja
Seorang putri selalu jatuh cinta
Tapi tidak sekarang atau hanya untuk urusan murah
Aku akan jatuh cinta, kepada seorang pangeran
Yang datang dengan gagah berani
Mengambil tanggung jawab dalam hubungan yang diberkahi
Menjadi imam sampai mati.


Aku akan jatuh cinta, tentu saja
Seorang pangeran selalu jatuh cinta
Tapi tidak sekarang atau hanya untuk hubungan main-main
Aku akan jatuh cinta, kepada seorang putri
Yang diambil dari tempat terhormatnya, dengan cara terbaiknya
Mengikatkan diri pada hubungan yang dirahmati
Menjadi pasangan bidadari hingga akhir penghabisan nanti.

Sajak Puteri dan Pangeran
Dikatakan atau Tidak Dikatakan, itu Tetap Cinta - Tere Liye

Bukankah, atau Bukankah

Bukankah,
banyak yang berharap  jawaban dari seseorang?
yang sayangnya, yang diharapkan bahkan tidak mengerti apa pertanyaannya
"Jadi, jawaban apa yang harus diberikan?"

Bukankah, banyak yang menanti penjelasan dari seseorang?
yang sayangnya, yang dinanti bahkan tidak tahu harus menjelaskan apa
"Aduh, penjelasan apa yang harus disampaikan?"

Bukankah,
banyak yang menunggu, menunggu, dan terus menunggu seseorang
yang sayangnya, hei, yang ditunggu bahkan sama sekali merasa tidak punya janji
"Kau menungguku? Sejak kapan?"

Bukankah,
banyak yang menambatkan harapan
yang sayangnya, seseorang itu bahkan belum membangun dermaga
"Akan kau tambatkan dimana?"

Bukankah,
banyak yang menatap dari kejauhan
yang sayangnya, yang ditatap sibuk memperhatikan hal lain

Bukankah,
banyak yang menulis puisi, sajak-sajak, surat-surat, tulisan-tulisan
yang sayangnya, seseorang yang dalam tulisan itu bahkan tidak tau dia sedang jadi tokoh utama
pun bagaimanalah akan membacanya

Aduhai, urusan perasaan, sejak dulu hingga kelak
Sungguh selalu menjadi bunga kehidupan
Ada yang mekar indah senantiasa terjaga
Ada yang layu sebelum waktunya
Maka semoga, bagian kita, tidak hanya mekar terjaga
Tapi juga berakhir bahagia

Bukankah, atau Bukankah
Dikatakan atau Tidak Dikatan, itu Tetap Cinta - Tere Liye

Memilikimu

Aku mencintai sunset,
menatap kaki langit, ombak berdebur.
Tapi aku tidak akan pernah membawa pulang matahari ke rumah.
Kalaupun itu bisa dilakukan, tetap tidak akan kulakukan.

Aku menyukai bulan,
entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana.
Tapi aku tidak akan memasukkannya di dalam ransel.
Kalaupun itu mudah dilakukan, tetap tidak akan kulakukan.

Aku menyayangi serumpun mawar,
berbunga warna-warni mekar semerbak.
Tapi aku tidak akan memotongnya, meletakkannya di kamar.
Tentu bisa dilakukan, apa susahnya, namun tidak akan pernah kulakukan.

Aku mengasihi kunang-kunang,
terbang mendesing, kerlap-kerlip, di atas rerumputan gelap.
Tapi aku tidak akan menangkapnya, dibotolkan, menjadi penghias
di meja makan.
Tentu masuk akal dilakukan, pakai perangkap, namun tidak akan
pernah kulakukan.

Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini.
Yang jika cinta, bukan lantas harus memiliki.

Ada banyak jenis suka, kasih, dan sayang di dunia ini.
Yang jika memang demikian, tidak harus dibawa pulang.

Egois sekali, Kawan, jika tetap kulakukan.
Lihatlah, tiada lagi sunset tanpa matahari.
Tiada lagi indah langit tanpa purnama.
Juga taman tanpa mawar merekah
Ataupun temaram malam tanpa kunang-kunang.

Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika sungguh cinta, kita akan membiarkannya
Seperti apa adanya
Hanya menyimpan perasaan itu dalam hati.

Selalu begitu hingga akhir nanti.

Memilikimu
Dikatakan atau Tidak Dikatakan, itu Tetap Cinta - Tere Liye

Koala Kumal

Siapa yang nggak kenal bang Raditya Dika? Penulis novel yang multitalent dengan deretan karyanya. Dalam coretan kali ini, aku mau bahas tentang salah satu buku terbarunya, Koala Kumal.

Jadi beberapa waktu sebelumnya, aku sudah tahu via Twitternya bang Radit bahwa akan diadakan Pre-order buku Koala Kumal. Setelah aku baca sinopsisnya, akupun tertarik membeli buku ini. Selain dapat ttd dari bang Radit, ada bonus kaos limited edision pula bagi beberapa ribu pembeli tercepat.
Pre-order diluar dugaanku. Sebelumnya aku memtuskan akan pre-order pagi hari saja setelah bangun tidur. Tapi entah kenapa firasatku nggak enak. Benar saja, pas jam 00.00 tiba aku membuka website tempat order Koala Kumal daaaaannn... pagenya nggak bisa dibuka. Usut punya usut ternyata animo pembeli Koala Kumal meledak sehingga web sedang maintenance. Sontak aku panik. Gimana kalo sampek aku nggak kebagian? Akhirnya modalnya cuma sabar dan keberuntungan aku dapet order Koala Kumal sekitar jam 3 pagi. Paginya aku cek buku dengan bonus kaos sudah habis tinggal tersisa buku dengan ttd bang Radit yang bisa diorder. Fiuh, baru sadar kalo fansnya bang Radit banyak banget. Tapi pengalaman ini nggak bakal aku lupa.


Yak, aku akan bahas tentang bukunya.
Buku bercover hijau ini adalah buku kedua favoriteku karya Bang Radit setelah Marmut Merah Jambu. Bang Radit menyebutnya buku komedi dengan hati dan aku setuju dengan itu. Di buku Koala Kumal, kita masih bisa menemukan komedi-komedi khas bang Raditya Dika tapi kita bisa mengambil pelajaran di setiap babnya. Tentang persahabatan, cinta, orang tua, dan cerita-cerita patah hati. 
Buku Koala Kumal ini sukses bikin aku merinding di bab Patah Hati Terdahsyat. Entah kenapa, mungkin feelnya dapet banget pas aku baca. Dan bikin aku tertawa dan tersentuh pada bab-bab lainnya.
Nah, untuk yang belum baca, buku Koala Kumal ini bakal serentak tersedia di Gramedia dan toko buku tanggal 17 Januari 2015. Very recomended untuk bacaan ringan. Selamat membaca :D

Karena Kuncup Mekar pada Waktunya

"Hatchim!"
Aku bersin sedari tadi melawan penyakitku sendiri, alergi debu, demi tertatanya kamar baruku. Entah sudah berapa jam aku berkutat dengan tumpukan kardus dan barang-barang berserakan. Tinggal sedikit lagi semuanya selesai.
Kriiinnggg..
Telpon genggamku berbunyi. Kulihat tertera nama Ibu pada layarnya.
"Halo..", sapaku.
"Halo May. Gimana di sana, Nduk? Sudah makan?", tanya ibuku.
Selalu pertanyaan itu yang mengawali, pikirku.
"Baik, Bu. Belum, masih beres-beres. Kurang sedikit lagi selesai. Ibu lagi apa?"
"Kalo sudah selesai, ndang beli makan biar nggak lemes. Ini lagi nonton tv. Ada yang kurang, Nduk? Apa Ibu perlu ke sana buat bantu kamu?"
"Nggeh Bu, Untuk sementara ini belum ada Bu. Nggak perlu Bu, Ibu di rumah saja. Lagian belum musim libur juga. Ibu nggak perlu khawatir kan Maya sudah besar bu. Hihihi. Ibu nonton tv sama Ayah?"
"Ya udah kalo gitu. Nggak, Nduk. Ayahmu ada walimah di rumah temannya. Jadi ibu sendirian. Kamu baik-baik ya di sana. Jaga diri. Jangan lupa makan."
"Nggeh Bu, siap."
"Ya udah kalo gitu, teruskan aktivitasmu."
"Nggeh, Bu."
Aku tersenyum sambil mematikan sambungan telpon dengan ibu. Ibu selalu begitu. Mengkhawatirkan anak-anaknya. Aku memaklumi karena Ayah dan Ibu sekarang hanya tinggal berdua. Masku sudah berumah tangga dan tinggal di kota sebelah bersama istrinya. Dan aku masih melanjutkan studiku di tengah pulau Jawa. Tiba-tiba kangen rumah.
***
Kuedarkan pandanganku. Kamar baruku ukuran 3x3. Tidak terlalu luas memang, tapi setidaknya di sini lebih nyaman dari kos kemarin. Pandanganku terhenti pada meja kamarku. Di sana ada beberapa pigura tertata. Aku melangkah ke arah meja. Mengambil salah satunya. Ada sebuah foto yang menarik hatiku.