RSS

Review Buku Yuk Berhijab!

Kemarin siang sehabis pulang ngampus, ada paketan buatku di meja. Setelah aku lihat ternyata buku Pre Order pesenanku dateng. Hwaaa,, senengnyooo. Tapi baru bisa baca habisnya tarawih terus ketiduran sampek saur tadi dan baru kelar waktu nunggu imsak.. Hohoho..


Oke, the book what I mean is Yuk Berhijab! karangan ust. Felix Siauw. Buku ini adalah buku kedua karangan beliau yang aku punya setelah buku Udah Putusin Aja! 


Di buku Yuk Berhijab ini, ust. Felix mengangkat hal ihwal tentang wanita dan hijab. Bagaimana kedudukan wanita pada jaman sebelum islam ada, pandangan Islam tentang wanita, apa itu hijab, perbedaan kerudung dan jilbab, bagaimana jilbab yang syar'i, dll. Banyak disinggung juga tentang fenomena hijab yang terjadi pada jaman sekarang, istilah menghijabi hati terlebih dahulu juga serentatan lainnya.
Buku ini memang buku fiksi tapi yang aku suka dari buku ust. Felix adalah beliau mengemas bukunya tidak dengan bahasa yang monoton karena ada visualisasi gambar di dalamnya sehingga apa yang dituliskan beliau dalam bukunya akan lebih membuat paham pembaca dan membuat pembaca betah berlama-lama membaca buku ini. Bagi aku pribadi, karena aku juga menyukai buku bergambar seperti komik, maka buku ini adalah salah satu buku menarik untuk dibaca hehe.. 


Ust. Felix adalah seorang penulis yang cerdas, kritis, berpengetahuan luas tapi memiliki tulisan yang luwes, bahasa yang digunakan dalam tulisannya tidak terkesan kaku dan bagus.
Buku ini menambah wawasanku tentang siapa sajakah yang disebut mahram; batasan aurat yang boleh terlihat oleh mahram, bukan mahram, sesama wanita mukmin dan sesama wanita tapi tidak semukmin. Buku ini cocok untuk semua Muslimah baik yang belum berhijab dan yang sudah berhijab sekalipun.

Dalam buku Yuk Berhijab ini ada beberapa potong kalimat yang aku suka
Selamanya tak akan ada lagi wanita sesempurna
Asiyah atau Maryam binti Imran
namun dunia akan selalu mengenal wanita 
yang meniti jalan yang sama dalam ketaataan

Tiada lagi wanita yang bapaknya nabi, pamannya
nabi, dan bersuamikan nabi sebagaimana Shafiyyah
namun tak habis dunia merindu wanita cerdik 
cendekia yang karena akalnya ia berharga

Sampai ujung waktu akan sangat sulit
menandingi cantik jelita paras A'isyah
yang kemerah-merahan
namun sampai dunia berakhir akan banyak 
yang mecoba merebut cinta Rasulullah Saw. 
dengan taati perintahnya dalam kenakan hijab

Hanya akan ada satu Khadijah yang dikenal setia
namun dunai penuh dengan wanita 
yang mengaguminya dan kepada surga 
mereka bersedia

Bila engkau cantik, biarlah itu karena hijab
bila engkau mulia itu karena engkau menjaga 
yang wajib

Bila engkau muia, biarlah itu karena ketaatan
bila Allah berkenan , mudah-mudahan engkau 
dianugerahkan kehormatan

Muslimah yang mengenakan hijab bukanlah malaikat, dan memang tidak harus menunggu bagaikan malaikat yang tak diberikan kesempatan Allah untuk bermaksiat. Malah, bila berhijab harus menunggu laksana malaikat, tentu tiada satupun Muslimah yang layak mengenakannya.
Justru sebaliknya, hijab adalah sebuah usaha Muslimah untuk menjahui maksiat. Hijab memberikan sebuah pengingat bagi diri untuk senantiasa menjahui dosa. Bahkan berhijab itu sendiri sudah menghindarkan muslimah dari dosa berkelanjutan, dosa mengumbar aurat

So, bila masih penasaran dengan buku Yuk Berhijab! karangan ust. Felix Siaw ini silahkan beli buknya di toko-toko buku terdekat kota kamu. Buku ini akan release sebentar lagi, selamat membaca.
Yuk Berhijab! | Hijab Tanpa Nanti Taat Tanpa Tapi

Pencerahan bisa Datang dari Orang yang Tak Diduga

Kemarin, tepat pukul enam pagi, ada seseorang yang menelponku. Tak biasanya orang itu menelponku jam segini dan nggak sms lebih dulu.

Telpon pertama
Dia: Ermaaaa.. | Me: Iya, Haloo.. Ada apa? | Dia: ... *tut tut tut* telpon terputus begitu saja.
Masih dalam keadaan heran, telpon berdering lagi.
Dia: Ermaaa | Me: Iya, kenapa? | Dia: Selamat ya wisudanya, aku kesiangan nggak bisa ke sana. Udah di dalem ta? | Me: hahaha.. Aku nggak wisuda sekarang, belum selesai skripsiku | Dia: Kemarin ada yang bilang kamu wisuda | Me: Yang wisuda namanya Irma bukan Erma, hehe..

Ya, dia salah info. Mengira aku sedang dalam proses wisuda, padahal aku masih berleha-leha di kamar kos dengan badan yang masih menempel di kasur. Akhirnya jadilah kami ngobrol panjang lebar.

Dari percakapan kita, kamu selalu berkali-kali bilang, "Jangan selalu lihat di atas, jangan lupa lihat bawah supaya kamu bisa bersyukur. Kalo kaya' gini aja kamu sudah k.o gimana entar? Jangan mudah patah semangat. Semakin kamu terpuruk, maka semakin banyak orang yang bertepuk tangan atas keterpurukanmu."

Dari sana aku sadar, hidup memang terjal tapi bukan berarti dia tak bisa dilewati. Hidup bukan momok yang harus ditakuti. Hidup itu belajar. Aku nggak akan bisa pernah bilang berhasil kalo belum nyicipin yang namanya gagal, belum bisa bilang belajar sabar kalo belum nyicipi cobaan, dan aku belum bisa bilang sudah terlewati kalo belum nyicipi yang namanya halangan.

Terima kasih untuk telponnya kemarin. Terima kasih telah berbagi banyak cerita denganku, terima kasih buat segala nasihatnya, dan terima kasih untuk semangatnya. Aku mendapatkan sesuatu dari orang yang tak pernah kuduga.

Belajar Berdiri di atas Pijakanku Sendiri

Kalau mengeluh itu adalah hal terpuji, mungkin sebuah buku tulis akan penuh dengan coretan berpeluhku sendiri atau kalau mungkin itu kaset kosong dia akan menjelma menjadi kicauan tak berspasi full satu album side A side B ala suaraku. Dan lagi-lagi aku mengepost tentang postingan sedikit galau.

Semangatku rasanya sudah menguap entah ke mana. Bertikai dengan pikiran sendiri dan akhirnya pusing. Menerka-nerka apa yang akan terjadi esok jika aku begini dan apa akibatnya jika keinginanku yang begini tak sesuai harapan. Rasanya pengen bilang 'sudah, aku sampai sini saja!'. Tapi betapa pengecutnya aku jika aku mengatakan hal itu. Aku sadar sebenar-benarnya sadar bahwa hal yang harus aku lakukan cuma bersabar untuk bertahan dan tetap melangkah di jalan yang selama ini aku lalui.

Aku manusia yang kadang kala on fire tapi juga tersungkur. Aku nggak bisa berpura-pura tegar dan bilang tak terjadi apa-apa padahal batin dan pikiran sedang mempertahankan argumennya masing-masing. Mendebat satu dengan yang lain dan akhirnya badankulah yang tumbang. Hei, aku lelah! Capek entah penat atau apalah namanya!