Sepatah-patah menjadi kata.
Ejaan pertama tentang asal mula. Tentang pembuka sebuah cerita dalam deretan gerbong kereta. Kita berjumpa, dalam tujuan yang (mungkin) sama . Aku hanya menerka karena kita berada pada satu kereta. Kamu yang entah dari mana, terduduk menghadap jendela. Kita saling sapa ketika kamu melihatku ada. Kamu membuka percakapan antara kita tentang ke mana, berapa lama, dan banyak hal lainnya.
Sepatah-patah menjadi rasa.
Ejaan kedua tentang cinta. Tentang alur sebuah cerita yang mengalir indah. Iramanyapun senada, membuat bunga dalam rasa yang kata orang disebut cinta. Kamu memang seorang manusia yang baru hadir di kehidupan nyata. Yang beberapa waktu lalu hingga detik ini masih membeberkan cerita, tapi tak sadar telah menyebar pesona. Tentang tutur kata yang kamu punya dan sedari tadi telah menyentuh rasa, menjadi secuil suka. Aku terpanah tanpa tahu harus berkata apa. Sungguh sulit dipercaya, mungkin ini yang dinamakan cinta.
Sepatah-patah menjadi luka.
Ejaan ketiga tentang derita. Tentang akhir sebuah cerita yang sudah berbeda dari makna indah. Terpampang di depan mata bahwa tak ada yang sempurna, begitupun dengan rasa. Ketika dering telponmu bergema, ceritamu berhenti seketika. Senyummu merekah membaca sebuah nama. Kamu menjawabnya. Nada bicaramu berubah, menjadi lebih mesra. Aku sadar seketika, ada yang salah tentang apa yang kurasa. Terhanyut oleh jalan cerita membuatku tak berdaya. Hatiku patah, terpecah-pecah.
Mungkin Tuhan ingin mengajarkan bahwa terlalu mudah jatuh cinta itu berbahaya.
2 komentar:
Iiih mbak ermaa! Gemes!
wew.. gemes lapo nu? +Rizki Nuha aliyah :))
Posting Komentar