RSS

Tempat itu Bernama Pundak Emak

Sore ini aku merenung di sebuah emperan toko tempatku singgah. Akhir-akhir ini semua terasa berat. Aku berhenti sejenak untuk melepas dahaga. Pikiranku bergumul dengan peluh.

Apa yang kamu tunggu dari sebuah peluh?
Tempat berteduh

Aku ingin bercerita
Mengeja satu per satu bilangan peluh
yang hampir terangkum dalam barisan kata
bernama mengeluh

Aku menepis pikiranku sendiri. Emak tak mengajariku begitu.

Kring.. kring..
Telpon genggamku berbunyi
Emak menelponku.
Telepati terhubung. batinku.

"Halo Assalamu'alaikum." Jawabku
"Wa'alaikumsalam. Lagi dimana, Nduk?"
"Ini di supermarket beli minum."
"Sudah makan?" Pertanyaan rutin terdengar dari mulut emak.
"Belum Mak. Habis ini." Jawabanku yang sering begitu. Untuk menenangkan hati emak. haha..
"Emak lagi apa?"
"Ini lagi nunggu Bapakmu, mau ke kondangan. Ya udah, dilanjut nanti aja ya kalo kamu sudah sampai kos. Ada pesen?"
"Iya, Mak. Nggak ada."
"Hati-hati kalo pulang. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Emak memutus sambungan telponnya.

Aku terpisah ratusan kilometer dari rumah, dari Emak dan Bapak. Emak selalu begitu. Bertanya hal yang bisa ditebak, tapi itulah seninya. Sebuah perhatian khas seorang ibu. Ibu mana yang tega membiarkan anaknya kelaparan? Hihi...

Sebenarnya ada satu hal yang tak bisa aku jawab. Ada pesen? Pertanyaan itu yang tak bisa aku jawab lancar. Semua menguap tatkala suara emak terdengar.

Aku ingin bercerita, tentang apa yang aku rasa. Walau hanya sekedar resah, tapi hatiku mencegah. Jika boleh kuminta satu hal, aku ingin berada pada satu tempat. Tempat itu bernama pundak emak. Aku ingin bersandar pada pundak emak, memeluknya, menangis. Aku tak tahu apa yang aku tangisi, yang aku tahu itu bisa melegakan semuanya. Peluh mungkin hanya tinggal peluh, pundak emak yang ingin kurengkuh. Namun sebisa mungkin, aku tak akan melakukan itu. 




0 komentar:

Posting Komentar