Buku Hujan Matahari karya Mas Kurniawan Gunadi saya beli tahun lalu sekitar delapan bulan lalu. Kenapa saya beli bukunya? Karena saya suka tulisan Mas Gun. Saya tidak setiap hari membuka blog, tapi setiap kali membuka blog dan membaca tulisan Mas Gun, saya selalu tertegun. Tulisan yang saya baca di hari itu, pas dengan suasana hati. Entah sebuah kebetulan atau apa tapi sering terulang seperti itu.
Baiklah, ijinkan saya mulai mereview Hujan Matahari. Saya pernah mendengar istilah menulislah dengan hati, maka akan sampai ke hati. Mungkin seperti itulah Hujan Matahari tercipta. Buku karya Mas Gun ini sarat dengan rasa.
Ada tiga point besar yang ingin saya utarakan tentang Hujan Matahari.
Yang pertama tentang sudut pandang. Dalam Hujan Matahari ini tertulis berbagai sudut pandang, mulai dari sudut pandang seorang laki-laki, perempuan, ayah, ibu, hujan, dll. Saya terkesan, Mas Gun mampu menuliskannya secara sempurna. Kalo boleh jujur, saya sebagai perempuan heran dengan tulisan-tulisan Mas Gun yang memakai sudut pandang perempuan. Seperti tulisannya yang berjudul Suatu Sore di Bawah Pohon Randu misalnya. Apakah Mas Gun sangat mengerti perempuan? Hehe..
Yang kedua adalah tentang pesan dan pemahaman yang disampaikan dalam Hujan Matahari. Hujan Matahari tidak hanya sekedar bacaan. Selalu ada pesan yang tekandung dalam setiap judulnya. Bukan hanya pesan, tapi juga pemahaman yang terkandung di dalamnya. Hal-hal yang sering terlupakan atau malah sudah lelah dipikirkan diangkat oleh Mas Gun dalam beberapa tulisan. Setiap akhir tulisan yang dibuat Mas Gun di Hujan Matahari, selalu membuat saya berhenti sejenak. Berpikir. Buku ini sarat makna. Seperti tulisan Belum Waktunya dan Memastikan Rasa contohnya. Mungkin Mas Gun telah melewati banyak pengalaman. Sehingga bisa mengemas buku ini dengan baik.
Yang ketiga adalah masa lalu (ini adalah pendapat saya pribadi, bukan secara umum tentang buku ini, hihi..). Membaca Hujan Matahari seperti membuka diary saya sendiri dalam beberapa tulisannya. Saya seperti digiring mundur pada masa itu, pada perasaan kala itu. Ada bagian yang sudah terlupa kini dan sekarang kembali teringat. Masa lalu dan kehidupan saya kini, ternyata hadir juga dalam Hujan Matahari. Mencari Sahabat dan Tidak Selalu contohnya.
Hujan Matahari bisa dibaca di segala suasana, terik, mendung, semangat, atau galau sekalipun. Hujan Matahari memang perpaduan yang tepat untuk segala suasana. Terakhir yang ingin saya ucapkan kepada Mas Gun. Terima kasih sudah menciptakan Hujan Matahari dan karya-karya lainnya. ditunggu buku selanjutnya dan karya-karya yang lainnya. Semoga selalu meginspirasi
2 komentar:
Hujan Matahari, sederhana, bermakna, menginspirasi.
ketagihan membaca hujan matahari, meskipun membaca lewat tumblr
Posting Komentar