"Pak.. lan jalan yuk!"
itu adalah kalimat andalanku ke Bapak saat aku sumpek atau sekedar ingin menghirup udara segar. Bapak akan dengan senang hati mengeluarkan motor dan membawaku berkeliling desa mengendarainya.
Assalamu'alaikum Pak, ini aku, anak Bapak yang masih Bapak anggap gadis kecil. Apa kabar Pak? Rindu ini rasanya sudah menggunung. Aku yang jauh dari tempat Bapak dan Mama hanya dapat melepas rindu sejauh sinyal ponsel kita masih baik-baik saja dan waktu senggang kita menemukan kedudukan yang tepat.
Pak, ketahuilah. Akhir-akhir ini aku sering melamun dan parahnya aku lakukan di jalan. Kalau dihitung-hitung mungkin sudah tiga kali aku salah jalan. Semuanya karena ini (nunjuk hati dan pikiran). Iya, disela-sela aktivitasku ini, aku menyimpan segudang pertanyaan untuk Bapak dan Mama yang mungkin jika aku tanyakan, waktu seharipun tak akan cukup untuk menjawab, karena aku butuh penjelasan detail dari semua jawabannya. Oleh karena itu, rasa penasaranku yang tak kunjung henti untuk sementara kutuang di sini. Nanti akan kutanya saat kepulanganku ke rumah. Maaf belum bisa pulang, dari telpon terakhir aku tau kalau Bapak sama Mama juga kangen dengan gadis kecil yang nakal ini. Tapi aku menunggu waktu yang pas.
Pak, sepertinya ada yang hilang dari aku. Entah hilang atau kehilangan aku tak tau. Yang berjalan dipikranku adalah untuk apa aku hidup? Sepertinya aku kehilangan fase mimpiku akhir-akhir ini. Jika waktu kecil impianku menggunung namun sekarang aku termenung. Apa sesungguhnnya impianku? Ya, aku mencoba memaknai hidupku yang berujung bingung. Dan aku melihat sosok Bapak yang bisa menjalani hidup dengan semua keinginan dan pikiran positif. Bisakah Bapak jelaskan padaku? Mungkin terlambat aku bertanya pertanyaan ini dengan usiaku yang sudah tidak bisa dibilang dini. Tapi aku memutuskan untuk bertanya daripada aku tersesat. Kurasa Bapak adalah orang yang tepat untuk pertanyaanku.
Pak, dapatkah aku seperti Bapak? Tak takut mencoba apapun resikonya. Maaf dulu aku sering menghalangi keingintahuan Bapak akan suatu benda, karena aku tau prognosisnya akan tidak baik. Tapi aku salut dengan Bapak. Bapak adalah salah satu pembelajar otodidak terbaik yang aku kenal.
Pak, usiaku hampir seperempat abad tapi sekarang masih minus dua. Lingkungan sekitarku bukan lagi bocah yang kerjaannya main atau merengek minta sesuatu. Mereka sekarang menuju fase berkeluarga. Seperti apakah sosok yang Bapak harapkan untuk mendampingi gadis kecil Bapak yang nakal ini? Bapak akan selalu menjadi parameter dari standart yang aku tetapkan. Apakah Bapak tau? Aku punya standart operasional untuk hal ini. Jika suatu hari ada seorang lelaki memintaku ke Bapak, aku harap Bapak memperhitungkannya. Karena menurutku keseriusan seorang lelaki dapat dilihat ketika ia telah berani menghadap kedua orang tuanya. Jadi jangan kaget ya Pak, jika tiba-tiba ada seorang lelaki datang ke rumah ingin bertemu dengan Bapak. haha.. Tentunya aku akan menceritakannya terlebih dahulu kepada Bapak karena aku tidak suka memberikan shock therapy pada orang tercintaku dan karena Bapak pernah bilang, 'semuanya hal itu bisa dibicarakan kan? makanya komunikasi itu dijaga'. Dan entah kenapa aku selalu ingat bahwa Bapak adalah orang pertama yang selalu menemui teman lelakiku yang pertama kali berkunjung ke rumah. Maaf ya Pak, aku pernah menjuluki Bapak sebagai 'satpam' untuk keadaan seperti itu karena Bapak akan dengan senang hati menanyai lelaki yang Bapak anggap asing itu dan bertandang ke ruang tamu walau beberapa menit, dan setelah dia pulang Bapak akan mengintrogasiku dengan serbuan pertanyaan. Mungkin itu adalah naluri Bapak sebagai seorang ayah. hihihi...
Pak, bisakah aku sebersyukur Bapak? Yang selalu dapat menerima apapun yang ada pada diri Bapak dan lingkungan Bapak. Aku rasa aku masih kerdil untuk itu. Banyak menganggap sesuatu masih belum sesuai porsi pengharapanku.
Aku sudah tak tau lagi harus bicara apa. Rasanya apa yang aku tulis ini masih kurang untuk apa yang tersimpan di sini (lagi lagi nunjuk hati dan pikiran). Mungkin akan ada tanya lagi setelah jawaban terlontar dari Bapak.
Maaf ya Pak, belum bisa menjadi anak yang baik untuk Bapak sama Mama. Walau hubunganku dan Bapak nggak sedekat seperti aku dan Mama, tapi Bapak adalah duniaku bersama Mama. Betapa aku bersyukur punya seorang ayah seperti Bapak. Bapak mengajariku banyak hal. Pondasi hidup yang kubawa hingga sekarang.
Terima kasih Pak, untuk segalanya. Untuk segala yang Bapak berikan ke aku dan yang sudah Bapak ajarkan ke aku. Bersyukur punya Bapak. Aku sayang Bapak.
-Gadis Kecil Bapak-
2 komentar:
hmm *iri*
aq gag pernah merasakan seperti kedekatanmu dg bapakmu..huhuhu
bersyukurlah memiliki kedua orang tua yang begitu care denganmu, mereka hadiah terbaik dari Allah untukmu :)
knp dg bapakmu lutz?
Posting Komentar