Rusaknya laptopku adalah pertanda bahwa aku harus benar-benar menghapus semua yang berhubungan denganmu. Memang tak perlu kamu tau seberapa banyak aku telah menulis
tentangmu. Mulai dari satu paragraf sampai satu halaman lebih di Ms.
Word laptopku.
Kamu adalah salah satu rahasia terbesarku yang kubiarkan tetap
abu-abu karena lebih baik begitu adanya. Biarkan aku berceloteh panjang
lebar di sini karena bab terakhir tentangmu telah dimulai!

Jika mengenalmu adalah sebuah suratan, aku tak akan menyesal. Biarpun
pernah ada pengharapan yang besar dan kesedihan yang mendalam, aku tak
akan meminta Tuhan untuk menghapusnya. Aku tau, berharap padamu yang
kunjung tak tau adalah sebuah penghabisan sebagian masa lalu yang
berakhir nol. Tapi tak masalah bagiku. Kamu memberi banyak waktu untukku
belajar bahwa tak ada yang sia-sia di dunia ini.
Aku nyaman melihatmu dengan caraku, lamat-lamat melihatmu dari belakang sembari berbicara dengan diriku sendiri “ini dia orang yang bisa membuatku suka tanpa bisa kujelaskan dengan kata dan dia pulalah orang yang siap kulihat kepergiannya”
Pada akhirnya aku menyadari, berhenti dari peredaranmu adalah hal
yang harus kulakukan. Pelan-pelan merelakanmu menjauh, belajar
mengakhiri apa yang tak pernah aku mulai. Mungkin kamu tak ingat apa
yang pernah kamu ceritakan padaku dulu, cerita tentang kesedihan. Aku
paham sekali dengan apa yang kamu ceritakan, karena tanpa kamu tau aku
juga mengalaminya. Apa kamu tau rasanya menyungging senyum di atas
kesedihan sendiri? Jauh lebih sakit daripada pengharapanmu semata.
Kamu adalah orang yang secara perlahan memerintahkan aku untuk tahu diri! Dan aku belajar sejak saat itu. Jika rasa tumbuh karena terbiasa, melupakannyapun demikian. Aku
membiasakan diri menerima kenyataan bahwa kamu cukuplah sebagai
pelajaran saja. Toh jika mengharapkanmu adalah sebuah mimpi, biarkan aku
bangun dan menjalani kenyataan sesuai dengan semestinya.
Seribu dua puluh sembilan hari aku mengkristalkan apa yang aku rasa sampai pada akhirnya aku bisa berkata “everything was change, it will be fine”. Ya, melihatmu kemarin semuanya terasa amat biasa. Aku sudah tak menganggapmu sebagai yang ter-wah, tapi aku masih berterima kasih padamu atas semuanya.
0 komentar:
Posting Komentar